1.
A. Profile 3 orang
sukses karena Wirausaha
Bob Sadino
Bob Sadino
(Lampung, 9 Maret 1933), atau akrab dipanggil om Bob, adalah seorang pengusaha
asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Ia adalah
pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick. Dalam banyak kesempatan, ia
sering terlihat menggunakan kemeja lengan pendek dan celana pendek yang menjadi
ciri khasnya. Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia
adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob
yang ketika itu berumur 19 tahun mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya
karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan.
Bob kemudian
menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia. Dalam perjalanannya itu,
ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 tahun. Di sana, ia
bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika
tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed. Pada
tahun 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes
miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang
tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah
beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari
pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.
Pekerjaan
pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah menyewakan mobil
Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya. Namun sayang, suatu
ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah.
Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob beralih pekerjaan menjadi
tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun sempat mengalami depresi akibat
tekanan hidup yang dialaminya. Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara
ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam
itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam
ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa berjuang untuk hidup, tentu
manusia pun juga bisa.
Sebagai
peternak ayam, Bob dan istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor.
Dalam tempo satu setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan,
terutama orang asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya
tinggal di kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang
asing. Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing
sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan.
Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi
pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik
tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana
dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek. Bisnis pasar swalayan Bob
berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola
kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia
juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya
bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan
wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik.
Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani
mencari dan menangkap peluang. Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang
berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri
seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak
orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera
melangkah “Yang paling penting tindakan” kata Bob. Keberhasilan Bob tidak
terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah
jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob
berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu
menjadi trampil dan profesional. Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari
ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu
yang melebihi orang lain. Sedangkan Bob selalu luwes terhadap pelanggan, mau
mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih
simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan
akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia selalu berusaha melayani
pelanggan sebaik-baiknya. Bob menempatkan perusahaannya seperti sebuah
keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada
yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke
tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir
sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari
lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria
Solo yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika
Bob berusia 19. Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun
1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan.
Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan
mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya. Suatu kali, mobil itu
disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang
menghancurkan mobilnya. ”Hati saya
ikut hancur,” kata Bob.
Kehilangan sumber penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal,
kalau ia mau, istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris
di luar negeri, bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, ”Sayalah kepala keluarga. Saya yang
harus mencari nafkah”.
Untuk
menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya,
Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik
tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik. Lalu ada
Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah “warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru,
Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob
menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100
ton sayuran segar.“Saya hidup
dari fantasi,” kata Bob
menggambarkan keberhasilan usahanya. Ayah dua anak ini lalu memberi contoh satu
hasil fantasinya, bisa menjual kangkung Rp 1.000 per kilogram. ”Di mana pun tidak ada orang jual
kangkung dengan harga segitu,” kata Bob. Om
Bob, panggilan akrab bagi anak buahnya, tidak mau bergerak di luar bisnis
makanan. Baginya, bidang yang ditekuninya sekarang tidak ada habis-habisnya.
Karena itu ia tak ingin berkhayal yang macam-macam. Haji yang berpenampilan
nyentrik ini, penggemar berat musik klasik dan jazz. Saat-saat yang paling
indah baginya, ketika shalat bersama istri dan dua anaknya.
Profil dan
Biodata Bob Sadino
Nama : Bob
Sadino
Lahir : Tanjungkarang,
Lampung, 9 Maret 1933
Agama : Islam
Pendidikan :
-SD, Yogyakarta (1947)
-SMP,
Jakarta (1950)
-SMA,
Jakarta (1953)
Karir : -Karyawan Unilever (1954-1955)
-Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-
1967)
-Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket)
(1969-sekarang)
-Dirut PT Boga Catur Rata
-PT Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
-PT Kem Farms (kebun sayur)
Alamat Rumah: Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan Telp: 793981
Chairul
Tanjung
Chairul
Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 50 tahun) adalah pengusaha asal
Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang
dipimpinnya, Para Group.
Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun
bisnisnya. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group menjadi sebuah
perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank
Mega.
Karier dan kehidupan
Chairul
dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung
adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil.
Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman
Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik
dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah
dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit. Selepas menyelesaikan
sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia
bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa
Teladan Tingkat Nasional 1984-1985.
Demi
memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku
kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto
kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan
kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi
bangkrut. Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama
bersama tiga rekannya pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim,
mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak
padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang
sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha,
Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri. Kepiawaiannya membangun
jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang.
Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga
bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia
mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega.
Ia
menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini
mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan
beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti
Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti). Di bawah
grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial
antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance,
Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance.
Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para
Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah
Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans
TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans
Studio.
Khusus
di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar
ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung
Supermall sebagai Central Business District pada 1999. Sementara di bidang
investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp.,
membeli sebagian besar saham Carefour, yakni sejumlah 40 persen. Mengenai
proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of understanding) pembelian saham
Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis.
Majalah
ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah
pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang
terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di
urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut
Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia,
dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar. Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul
Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari
tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources
yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber
daya alam.
Latar Belakang Pendidikan seorang Chairul Tanjung
SD
Van Lith, Jakarta (1975)
SMP
Van Lith, Jakarta (1978)
SMA
Negeri 1 Boedi Oetomo, Jakarta (1981)
Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
Executive
IPPM (MBA;1993)
Sukanto
Tanoto
Sukanto Tanoto (lahir dengan nama Tan Kang Hoo
di Belawan, Medan, 25 Desember 1949; umur 62 tahun) adalah seorang pengusaha
asal Indonesia. Ia adalah CEO Raja Garuda Mas, sebuah perusahaan yang berkantor
pusat di Singapura dengan usaha di berbagai bidang, terutamanya kertas dan
kelapa sawit. Tanoto dinyatakan sebagai orang terkaya di Indonesia oleh majalah
Forbes pada September 2006, namun pada tahun 2011, Forbes kembali merilis
daftar orang terkaya di Indonesia. Ia menduduki peringkat ke-6 dengan total
kekayaan US$ 2,8 miliar.
Forbes
memiliki daftar orang terkaya di seluruh dunia. Dan beberapa orang dari
Indonesia mampu masuk ke dalam daftar tersebut termasuk seorang pengusaha yang
bernama Sukanto Tanoto. Kesuksesan beliau pun dinilai dari jumlah Dollar
Amerika yang sudah beliau hasilkan. Sangat menakjubkan sekali bahwa ada orang
Indonesia yang bisa menghasilkan pendapatan yang sangat besar. Hal ini pasti
didukung oleh sumber daya manusia yang sangat baik dari pribadi orang tersebut.
Beliau memasuki urutan ke 284 pada tahun 2008 karena memiliki kekayaan sebesar
US$ 3.8 trilyun. Hal ini sungguh pencapaian yang sangat bagus sekali. Usaha
yang telah dan masih akan dijalankan oleh Tanoto sanggup membawanya ke
kesuksesan yang lebih tinggi lagi.
Sukanto
Tanoto adalah orang yang telah menghasilkan trilyunan rupiah dalam menjalankan
bisnisnya. Pada awalnya, bisnis yang dilakukan oleh beliau adalah menjadi
pemasok dari alat-alat dan barang-barang untuk perusahaan negara Pertamina.
Pada awalnya mungkin pekerjaan ini bisa dianggap pekerjaan yang kecil. Namun
karena kerja kerasnya telah membuat pekerjaan ini dapat diselesaikannya dengan
baik. Sukanto dilahirkan di kota Medan pada tanggal 25 Desember 1949 dan sudah
memiliki banyak sekali pengalaman dalam bidang bisnis. Setelah menjadi pemasok
untuk perusahaan sebesar Pertamina, beliau merambah ke industry perusahaan.
Beliau berhasil membawa perusahaannya menjadi salah satu perusahaan pulp dan
kertas di Asia yang masuk ke dalam Bursa Efek New York. Hal tersebut adalah
satu pencapaian yang sangat luar biasa sekali. Tidak banyak pengusaha yang
mampu menembuskan bisnis mereka ke bursa saham di Amerika Serikat tersebut.
Perusahaannya menjadi sangat besar dan mulai merentangkan sayapnya untuk
merengkuh bisnis-bisnis lainnya yang masih berhubungan dengan bisnis
perusahaannya yang sekrang. Kertas, minyak sawit, konstruksi dan energi adalah
beberapa hal yang menjadi bisnis dari beliau pada saat sekarang ini.
Pengalaman
masa kecil Sukanto Tanoto yang sangat keras ternyata telah memberikan pelajaran
yang sungguh luar biasa dan berpengaruh sangat serius kepada keberhasilannya
memimpin beberapa perusahaan miliknya. Kehidupan masa kecil yang diskriminatif
terhadap ras yang mengalir ditubuhnya membuatnya bertahan untuk mendapatkan
haknya. Perjalanannya sebagai seorang pebisnis pun tidak langsung berada di
garis yang paling atas. Beliau memulai semuanya dari karir yang rendah. Namun
secara dramatis, beliau mampu bertahan dan bahkan mengambil keuntungan dari
krisis yang terjadi di Indonesia. Profil Sukanto Tanoto sangat baik sekali
untuk di baca karena akan memberikan inspirasi yang sangat baik untuk
perkembangan diri pribadi. Kerja keras yang dilakukan oleh beliau pun mampu
membuatnya menjadi salah seorang yang terkaya di dunia. Semua keringat yang
dikeluarkan pasti mampu membuat kerja keras beliau menjadi keuntungan yang
sangat besar yang terlihat disekitar beliau. (sumber:orangterkayaindonesia.com)
Pria yang hobi mendengarkan musik klasik ini terus berekspansi ke dunia bisnis. Tidak hanya dalam negeri, di luar negeri Sukanto ikut memiliki perkebunan kelapa sawit Nasional Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filiphina. Keinginan untuk memajukan bisnis nasional semakin menjadi. Obsesi yang ingin menjadi salah satu pengusaha Indonesia agar mampu bersaing di arena global tampak jelas dari pandangan bsinis Indonesia. Buktinya Juli 2006, Sukanto menduduki orang terkaya nomor wahid di Indonesia. Jauh dibanding tahun sebelumnya.
Pria yang hobi mendengarkan musik klasik ini terus berekspansi ke dunia bisnis. Tidak hanya dalam negeri, di luar negeri Sukanto ikut memiliki perkebunan kelapa sawit Nasional Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filiphina. Keinginan untuk memajukan bisnis nasional semakin menjadi. Obsesi yang ingin menjadi salah satu pengusaha Indonesia agar mampu bersaing di arena global tampak jelas dari pandangan bsinis Indonesia. Buktinya Juli 2006, Sukanto menduduki orang terkaya nomor wahid di Indonesia. Jauh dibanding tahun sebelumnya.
B.
Profile 3 orang sukses karena Bekerja
Dahlan Iskan
Dahlan Iskan
(lahir di Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951; umur 61 tahun), adalah CEO
surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group, yang bermarkas di Surabaya. Ia juga
adalah Direktur Utama PLN sejak 23 Desember 2009. Pada tanggal 19 Oktober 2011,
berkaitan dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan diangkat
sebagai Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara menggantikan Mustafa Abubakar.
Karier
Karier
Dahlan Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di
Samarinda, Kalimantan Timur pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan
majalah Tempo. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos
hingga sekarang.
Jawa Pos
Dahlan Iskan
adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah
6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000
eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah
satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat kabar,
tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun
1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di
Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia mendirikan
stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam
dan Riau TV di Pekanbaru.
Fangbian
Iskan Corporindo (FIC)
Sejak awal
2009, Dahlan adalah sebagai Komisaris PT Fangbian Iskan Corporindo (FIC) yang
akan memulai pembangunan Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) pertengahan
tahun ini. SKKL ini akan menghubungkan Surabaya di Indonesia dan Hong Kong,
dengan panjang serat optik 4.300 kilometer.
Perusahaaan
Listrik Negara (PLN)
Sejak akhir
2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar
yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah
Jakarta. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya
bebas byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta
sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011.
Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di
Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan
Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan.
Menteri
Badan Usaha Milik Negara (Menteri BUMN)
Pada tanggal
17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti Menteri BUMN yang
menderita sakit. Ia terisak dan terharu begitu dirinya dipanggil menjadi
menteri BUMN karena ia berat meninggalkan PLN yang menurutnya sedang pada
puncak semangat untuk melakukan reformasi PLN. Dahlan melaksanakan beberapa
program yang akan dijalankan dalam pengelolaan BUMN. Program utama itu adalah
restrukturisasi aset dan downsizing (penyusutan jumlah) sejumlah badan usaha.
Ihwal restrukturisasi masih menunggu persetujuan Menteri Keuangan. Beberapa
kinerjanya disorot. Dahlan gagal membawa lima perusahaan BUMN untuk melepas
saham perdana (initial public offering/IPO) di lantai bursa. Adapun, berkat
kepemimpinannya, BUMN dinilai bersih dari korupsi oleh masyarakat juga
merupakan kinerja dan keberhasilannya membangun BUMN.
Kehidupan
pribadi
Dahlan Iskan
dibesarkan di lingkungan pedesaan dangan kondisi serba kekurangan. Orangtuanya
tidak ingat tanggal berapa Dahlan dilahirkan. Dahlan akhirnya memilih tanggal
17 Agustus dengan alasan mudah diingat karena bertepatan dengan peringatan kemerdekaan
Republik Indonesia. Dahlan Iskan pernah menulis buku berjudul Ganti Hati pada
tahun 2008. Buku ini berisi tentang pengalaman Dahlan Iskan dalam melakukan operasi
cangkok hati di Cina. Selain sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga
merupakan presiden direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta: PT
Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di
Surabaya.
Office
Boy Jadi President Direktur, Kerja Keras Inspiratif
Houtman
Zainal Arifin, sosoknya dikenal sebagai salah satu CEO terkemuka di Indonesia.
Meski hanya lulusan sekolah menengah langkahnya tak surut oleh apapun. Jabatan
paling mengangkat namanya ialah Vice President Citibank Indonesia, sebuah
jabatantertinggi di Citibank. Selain itu, ia bertindak sebagai direktur di
sebuah perusahaan swasta, pengawas keuangan di beberapa perusahaan swasta,
Komite Audit Negara, konsultan, penulis dan jugadosen pasca sarjana.Houtman mungkin
bukanlah siapa- siapa tanpa masa lalunya. Dari nol,perjalanan hidupnya diisi
dengan kerja keras dan terus belajar.
Kisahnya telah menginspirasi banyak orang, termasuk penulis, hingga
akhir hayatnya di tahun 2012, namanya akan kita kenang dalam tulisan ini.
Kejamnya
Ibu Kota Houtman bukanlah siapa- siapa dulu. Dia pernah menjadi anak jalanan,
pedagang asongan dan juga bekerja sebagai office boy. Bagaimana nasib merubah
hidupnya bukanlah perjalanan singkat. Pria kelahir 27 Juli 1950, di Kediri,
Jawa Timur, Houtman Zainal Arifin telah berani hijrah daridesa ke kota pada
tahun 60- an. Dia berharap kehidupan lebih baik di ibu kota Jakarta, minimal
mendapatkan pekerjaan yang layakdi sana.Namun apa mau dikata cerita tentang ibu
kota berbeda jauh dari harapan, semua hanyalah kisah manis yang ternyata pahit
dijalani. Dia memulai semuanya dari titik paling bawah tanpa adanya pilihan
kembali. Bermodal uang Rp.2000 yang dipinjam dari seorang teman, Houtman
memulai bisnis kecil- kecilan di Jakarta. Dia berjualan perhiasan palsu. Namun
karena tertangkap polisi di jalan bisnisnya berhenti, mereka para polisi itu
menghancurkan semua barang dagangannya.Ia menghadapi keras dan sulitnya
kehidupan di Jakarta.
Pekerjaan
sulit diperoleh untuknya yang lulusan SMA, tak punya banyak. Dia akhirnya
bekerja menjadi pedagang asongan untuk bertahan hidup. Houtman sering
menghabiskan hidupnya di jalan raya dari satu lampu merah ke lampu merah
lainnya. Kemudian dari kolong jembatan ia mulai menjajakan barang dagangannya.
Panas terik tak dihiraukan hanya untuk memenuhi kebutuhan perut.Hidup seperti
itu tak pernah memupuskan asanya untuk mendapatkan hidup layak. Dalam hati
terdalam ia masih yakin akan pilihan untuk berhijrah. Suatu hari ketika
beristirahat di kolong jembatan, ia melihat banyak mobil mewah berseliweran.
Mobil- mobil mewah ratusan juta, penumpang yang berpakaian necis, kursi yang
empuk dan berpendingin, dan tentunya bukanlah milik orang biasa. Dalam hati
Houtman ingin seperti mereka yang punya banyak uang, dan saat itulah tekatnya
membulat.Tekat Houtman telah bulat untuk menjadi kaya. Dia ingin seperti orang-
orang yang mengendarai mobil- mobil mewah. Ini membuatnya berfikir keras
bagaimana mencapai cita- citanya tersebut. Ia ingin hidup layak dan serba
berkecukupan.
Segara
saja ia membuat surat lamaran pekerjaan, tanpa berpikir panjang, dikirim surat
itu di tiap gedung perkantoran. Setiap rupiah dari berdagang asongan ia
sisihkan. Uang- uang tersebut digunakan untuk biaya lamaran pekerjaan.Suatu
hari, tiga hari setelah mengirim surat lamaran, Houtman akhirnya mendapat
panggilan kerjadari sebuah perusahaan terkemukadi dunia, The First National
City Bank (Citibank), sebuah bank yang terkenal asal AS. Dia diterima bekerja
sebagai office boy. Kedudukan pekerjaannya paling bawah dari hierarki suatu
perusahaan, ya... seorang office boy. Dan, tugasnya setiap hari adalah
membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja karyawan, dan terkadang juga
disuruh untuk membelikan ini dan itu di luar kantor.Sukses dari nolSelain itu
ia juga mengikuti berbagai macam pelatihan selain bekerja sebagai office boy.
Meski begitu tetap saja pekerjan lain masih menganggapnya hanya seorang office
boy, ia menerima itu. Bicara tentang bahasa Inggris, dia bisa dibilang cukup
untuk seorang office boy meski hanya bisa menjawab yes atau no, tapi ia tetap
ingin belajar terus. Dia sangat lah berkeyakinan dan berjanji kepada dirinya
sendiri,"Saya harus melakukan sesuatu, aku harus menjadi pintar seperti
orang lain!" Sejak hari itu, ia berdiri di luar kelas pelatihan untuk
mempelajari segala sesuatu yang diajarkan selama pelatihan.Akhirnya, petugas
pelatihan tidak hormat memintanya untuk bergabung pelatihan. Namun, ia tidak
diizinkan untuk mengambil bagian dalam ujian seperti peserta lainnya. Dia
menolak untuk menerima diskriminasi ini dan bersikeras mengambil bagian dalam
ujian, yang instruktur akhirnya setuju untuk. Ilmu lain yang ia dapatkan diluar
tempat pelatihan adalah dari para staf kantor.
Houtman
selalu ikut membantu staf lain menyelesaikanpekerjaannya secara sukarela. Ia
yakin dari membantu sukarela maka skillnya akan ikut bertambah.Dia jadi
mengerti cara kerja dan bagaimana menyelesaikan pekerjaan kantoran. Selain
skill bertambah, sikapnya ini membuatnya disenangi oleh pekerja lain karena
suka membantu, ini menambah nilainya dimata para staf. Semakin banyak dirinya
membantu, semakin pahamia tentang bagaimana cara menjalankan tugas kantoran.
Dia mulai hafal istilah- istilah bank yang rumit dari seringnya bertanya.Ia
jadi bahan tertawaan karena pertanyaan- pertanyaan itu terkesan
"aneh". Dia tetaplah seorang office boy dihadapan para staf kantor
itu.Seiring waktu ia faham istilah-istilah perbankan seperti kliring, Letter of
Credit, Bank Garansi, Transfer, dan lain sebagainya. Ada juga temannya yang
sirik sering mengatainya, "ngapain OB aja kok ingin tahu hal-hal seperti
itu, jadi OB ya OB sajalah gak perlu aneh-aneh." Mendengar hal semacam
itu, Houtman tak marah namun ia cuma tersenyum, merekatak tau tujuan utamanya
adalah menjadi sukses. Dalam hatinya masih ada impian untuk jadi orang
kaya.Suatu ketika ada mesin yang bisa
memperbanyak dokumen secara cepat, bernama mesin foto copy. Waktu itu mesin
foto copy barusandipasarkan dan harganya masih mahal sehingga sedikit kantor
yang memilikinya. Diantara kantor-kantor tersebut, kantor Houtman, Citibank
telah memilikinya, namun ada masalah tersendiri. Orang yang dapat
mengoperasikannya hanya satu orang. Houtman sering mengamati orang tersebut dan
ia menawarkan diri untuk diajari selepas jam kerja. Orang tersebut mau menunjukkan
cara kerjanya.Ia kemudian jadi mahir menjalankan mesin tersebut. Suatuhari
ketika orang yang mengerjakan mesin foto copy sakitdan tidak bisa masuk, dia
lah pengganti petugas foto copy. Dari hanya office boy akhirnya dia naik
jabatan menjadi petugas foto copy.
Tak
mau berhenti di satu titik, dia semakin percaya diri untuk terus mengejar
impiannya. Masih banyakyang perlu dilakukan agar menggapai impiannya ketika
masih menjadi seorang pedagang asongan.Houtman jadi semakin gencar menawarkan
diri untuk pekerjaan- pekerjaan rumit. Di sela- sela pekerjaan sebagai petugas foto copy, ia sibuk membantuk
pekerjaan- pekerjaan rumit dan sulit secara sukarela. Tujuan utamanya adalah
mendapatkan pengetahuan dari sana. "Bener mau bantuin, tapi gak boleh
salah lho, ntar aku yang dimarahin bos," begitu celetuk salah seorang
karyawan saat Houtman menawarkan dirinya. Akhirnya ia diberi tugas lain yaitu
membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro, dan lain- lain. Dia diberi tugas
membubuhkan stempel di kolom- kolom tertentu. Dari sana lah Houtman ikut
membaca tentang dokumen- dokumen penting tentang teknis perbankan. Dia juga
menjadi lebih berhati- hati. Tugas untuk membubuhkan stempel butuh kehati-
hatian tinggi dan tidak boleh ada kesalahan. Butuh waktu hingga berjam- jam
untuk menyelesaikan beberapa lembar dokumen. Houtman mesti membubuhkan stempel
di kolom tanpa melenceng sedikit pun.
Dari
pekerjaan sampingannya tersebut ia jadi cepat menguasai berbagai pekerjaan yang
diberikan dan selalu mengerjakan tugasnya dengan baik.Dia juga semakin terkenal
di kalangan karyawan Citibank lainnya karena sangat ringan tangan membantu staf
lainnya. Para staf pun tak segan berbagi ilmu padanya. Sampai suatu hari ia
diangkat menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensinya walau ia hanya
lulusan SMA. Tentu banyak orang mencibir tapi Houtman tak menggubris ucapan
mereka. Saat memangku jabatan barunya sebagai pegawai bank di Citibank, ia
tetap haus akan ilmu pengetahuan. Houtman masih tetap ringan tangan dalam
membantu staf lain dengan harapan mendapatkan ilmu dari mereka. Dia tak pernah
lama memangku suatu jabatan, karirnya bak anak panah melesat dari busurnya.
Hingga
suatu hari, setelah 19 tahun, ia diangkat menjadi Vice President Citibank di
Indonesia. Inilah puncak jabatan yang tak pernah terbayangkan seorang Houtman
Zainal Arifin.CEO terbaik IndonesiaHingga saat ini belum ada yang mengalahkan
jenjang karir seorangHoutman Zainal Arifin. Dari satu jabatan paling bawah,
sebagai pesuruh, naik ke tingkat tertinggi sebagai Vice President. Meski hanya
lulusan SMA namun sifatnyayang tak mudah puas membuatnyabelajar banyak. Secara
otodidak, Houtman bekerja dari satu tingkatan ke tingkatan lain. Mimpi besar
yang tercapai berkat rahmat Allah, dan dia tau benar hal itu. Dia berprinsip,
"Alloh tidak akan merubah nasib hamba-Nya, sebelum hamba-Nya berusaha
sendiri untuk merubah nasibnya. "Houtman Zainal Arifin sang inspirator ini
dipanggil Sang Khalik pada tanggal 20 Desember 2012 pukul 14.20. Jenazahnya
disemayamkan di Jln. H. Buang 33 Ulujami Kebayoran Lama, Jakarta. Selamat jalan
Pak Houtman semoga segala budi baikmu selama ini menjadi amal jariyah yang
mengiringimu di alam baka. Amien.
Sebelum
meninggal ada nasihat yang disampaikan kepada sang sahabat, Indra. Nasihat yang
ternyata juga sebuah pesan terkahir untuknya, untuk kita semua. Inilah nasehat
beliau yang sangat bermanfaat bagi kita semuanya:
"Indra,
tanpa bermaksud sombong, saya pernah berdiri di puncak gedung termewah di
dunia. Pernahdi elu-elukan atas prestasi saya yang hebat, pernah dihormati
karena jabatan saya yang tinggi, juga dipuji karena saya dianggap sebagai
teladan kemuliaan. Tapi Indra, bukan itu yang jadi kebanggaan saya. Kalau saya
diizinkan untuk membanggakan suatu hal dalam hidup saya, maka kebanggaan
terbesar saya adalah keluarga saya. Istri dan anak-anak saya. Melihat istri
saya setia dantegar menemani saya kala suka dan duka, melihat anak-anak saya
tumbuh mandiri dan berbakti. Indra, tidak ada pemandangan yang lebih indah dari
itu. Tidak ada kebanggaan yang lebih besar dari itu. Maka berjuanglah untuk
keluargamu. Bangun istanahmu dengan teladan dan kasih sayang. Kemudian
pertahankanlah bagaimanapun caranya. Tidak ada satupun di duniaini yang lebih
penting dan berarti dari keluargamu dan apa yang kamu tinggalkan untuk mereka.
Saya sengaja menyampaikan ini di hadapan Nina, istrimu, karena kamu tidak akan
pernah sanggup tanpa dukungannya."
Kisah inspiratif
dari orang miskin menjadi sukses
Siapa
yang tak kenal Profesor Rhenald Kasali Ph.d, Profesor Azyumardi Azra Ph.D dan
Profesor Yohannes Surya Ph.D? Mereka telah terakui secara nasional, dan bahkan
juga internasional, sebagai para pakar di bidang masing-masing. Siapa sangka
bahwa ketiganya adalah orang-orang yang dulunya berasal dari kalangan tak
mampu, miskin dan serba terbatas. Mereka beritiga mengaku pernah merasakan
setiap hari makan nasi hanya ditemani garam, karena sulitnya hidup keluarga
mereka.
Seorang
Rhenald, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, harus melalui masa
kecil dalam kondisi perekonomian keluarga sangat terbatas. Ia terbiasa
berangkat sekolah sejak pukul setengah lima pagi untuk berlari-lari mengejar
bis karena jarak rumah dan sekolah yang lumayan jauh. Ia juga pernah merasakan
tak pernah bisa memakai sekolah baru, karena ibunya hanya sanggup membelikannya
sepatu bekas. Ia juga pernah mengalami pahitnya tinggal kelas saat kelas lima
SD. Namun semuanya tak mengurungkan niatnya yang sangat besar untuk terus
sekolah. Hingga Ia mampu menamatkan SMA-nya. Berbekal uang sepuluh ribu rupiah,
ia nekat membeli formulir pendaftaran masuk perguruan tinggi. Saat diterima di
UI, ia harus dihadapkan pada kesulitan bayar biaya kuliah. Dan ia harus bekerja
keras untuk bisa membiayai sendiri kuliahnya serta berburu beasiswa. Minatnya
tak berhenti saat ia mampu meraih gelar sarjananya. Ia kemudian berburu
berbagai beasiswa untuk bisa meneruskan kuliah S2 dan S3 di Amerika Serikat.
Dan tentu saja beragam kisah dan pengalaman unik mengiringi perjuangannya
hingga ia mampu meraih gelar doktor di University of Illinois, Amerika Serikat.
Tak kalah seru kisah hidup Profesor Azyumardi
Azra, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (dulu IAIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Azyumardi yang besar di Padang ini, berayahkan seorang tukang kayu dan
batu, dengan ibu seorang guru agama. Ia dekat dengan segala keterbatasan
ekonomi. Namun visi dan misi yang besar terhadap pendidikan dari orang tuanya,
mendorong Ia turut menggandrungi dunia sekolah. Ia bisa membaca sebelum
sekolah, karena gemar memelototi nama bis yang lewat di jalan raya dekat
rumahnya. Saat SMP dan SMA, ia harus rela membawa bekal lauk pauk untuk makan
seminggu dari rumah ke kos karena keterbatasan uang dari orang tuanya. Ia juga
mau bekerja serabutan di bengkel mobil, hingga jadi tukang jahit di sela-sela
sekolahnya, untuk menambah uang saku. Dan kerja kerasnya terus berlanjut saat
ia harus membiayai sendiri kuliahnya di Jakarta. Lulus menggondol ijazah S1, ia
langsung memantapkan niat untuk melanjutkan ke S2 dan S3. Serupa seperti
Rhenald, Ia rajin berburu beasiswa ke luar negeri dan sponsor dalam negeri
untuk mendukung upayanya. Perjuangan keras dan berbagai kisah unik pun
mengiringi perjalanan hidupnya saat ia diterima kuliah di Columbia University
Amerika Serikat dan sekaligus harus menghidupi istrinya hingga meraih gelar
doktor.
Dan
beratnya hidup untuk bisa sekolah setinggi mungkin untuk keluar dari
kemiskinan, juga dipikul oleh Profesor Yohannes Surya. Rektor Universitas
Multimedia Nusantara sekaligus pakar ilmu fisika ini, sejak kecil sudah harus
terbiasa bangun pukul 3 pagi untuk membantu sang ibu membuat kue dagangan.
Ketertarikannya yang besar pada fisika, mata pelajaran momok bagi kebanyakan
anak sekolah, justru menjadi kunci keberhasilannya kemudian. Saat lulus SMA, ia
harus memutar otak untuk menyiasati biaya kuliahnya. Ia bersaing dengan banyak
orang untuk masuk perguruan tinggi melalui PMDK, dan ia memilih jurusan yang
paling sedikit diminati yaitu fisika. Klop sudah, perhitungannya benar dan ia
melenggang masuk Universitas Indonesia. Tinggal kemudian ia harus berpikir
keras untuk mencari uang untuk biaya kuliah. Dan kegemarannya pada fisika
lagi-lagi menolongnya. Ia memanfaatkan kepintarannya untuk memberi les privat
fisika pada anak-anak SMA serta membuat buku tentang fisika, di samping berburu
beasiswa. Dan seperti dua koleganya di atas, penggagas dan ketua tim Olimpiade
Fisika Indonesia ini pun juga sudah mewacanakan untuk bisa melanjutkan kuliah
hingga S3 sejak jauh-jauh hari. Ia memiliki moto hidup Mestakung, atau Semesta
Mendukung. Dan Mestakung inilah yang membuatnya mantap membuat paspor meski
belum mendapatkan beasiswa di luar negeri. Apa sebenarnya konsep Mestakung itu?
Dan apa saja kisah-kisah unik yang menyertainya saat kuliah di Physics Dept.
College of William and Mary, Amerika Serikat dengan kemampuan bahasa Inggris
pas-pasan namun mampu meraih gelar doktor dengan predikat Summa Cum Laude?
Banyak
jalan menuju Roma, hal ini lah yang diyakini para nara sumber Kick Andy kali
ini dalam mengejar mimpinya. Misalnya kisah Winarno, seorang anak yang lahir
dari keluarga miskin. Ayahnya seorang informan polisi yang tidak lulus SD dan
ibunya seorang tukang pijat yang buta huruf.
Masa
sekolah dan kuliah Winarno identik dengan perjuangan keras, dari urusan biaya,
fasilitas untuk bersekolah, hingga transfortasi yang cukup jauh. Satu prinsip
kuat yang ia yakini saat itu adalah, kalau pintar pasti bisa berhasil. Maka ia
pun memompa semangatnya untuk bisa meraih nilai tertinggi. Untuk urusan kuliah,
ia menemukan taktik untuk bisa memperoleh sekolah gratis.
Dari
seluruh perjuangannya, Winarno kini sudah meraih gelar professor untuk bidang
ilmu dan teknologi pangan. Di usianya yang sudah berkepala tujuh, ia masih
aktif sebagai Rektor di Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta.
Kisah
Basuki asal Sragen, lain lagi. Sejak kecil ia disibukan dengan urusan membantu
perekonomian keluarga dari mulai jualan kantong plastik, semir sepatu, atau
ngojek paying saat hujan. Kala itu keluarga mereka hijrah ke Ibukota untuk
meningkatkan taraf hidup dan malangnya, tidak berhasil. PHK yang menimpa
ayahnya, kemudian memaksa keluarga ini kembali ke kota asal mereka, Sragen.
Menjelang
masa kuliah, Basuki mulai merambah usaha baru, yakni jadi loper koran. Jadi
masa kuliah pun ia jalani sambil berjualan koran dan di waktu luang jadi
pedagang asongan. Pada Januari 2010 lalu, Basuki mendapatkan pengukuhan gelar
Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Indonesia. Dan kini tercatat sebagai
dosen di Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta.
Dari
Yogakarta, ada kisah menarik milik Purwadi. Putra pasangan Ridjan dan Yatinem
ini harus bekerja keras sejak kecil agar bisa meneruskan sekolahnya hingga ke
bangku kuliah. Ayahnya seorang buruh tani dan ibunya yang penjual bakul sayur,
tak memiliki kemampuan ekonomi yang cukup untuk membiayainya. Alhasil Purwadi
harus pintar-pintar mencari cara. Masa kuliah ia berjualan kantung gandum,
menjual majalah bekas, hingga memberi les gamelan. Untuk mengirit biaya buku
dan makanan, ia memiliki trik trik khusus semasa kuliah. Perjuangan yang tak
kenal lelah telah mengantar Purwadi meraih gelar Doktor Filsafat dari
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Anda
mengenal Saldi Isra? Seorang Ahli Hukum Tata Negara yang cukup menonjol di
tanah air. Di usianya yang ke 42 tahun, ia sudah menyandang gelar Profesor
Doktor. Tahukah anda Saldi Isra lahir dari keluarga seperti apa?
“Orang
tua saya petani yang buta hurup, dan masa sekolah saya harus dilakukan sambil
membantu orang tua membajak sawah,” katanya saat tampil di Kick Andym.
Kisah
yang penuh spirit juga hadir dari seorang dokter bedah syaraf kaliber dunia,
Eka Julianta. Dokter yang telah berhasi melakukan banyak operasi otak dan
batang otak ini, kini sering mendapat undangan untuk melakukan presentasi di
berbagai Fakultas kedokteran dan symposium di berbagai Negara baik Asia,
Afrika, Eropa dan Amerika.
2.
Membandingkan karakter
antara 2 orang dengan tipikal tersebut
a. Tipikal
karakter yang dimiliki orang sukses karena Wirausaha
1. Percaya
Diri
Seorang wirausaha adalah orang yang
percaya bahwa mereka mampu mencapai hasil yang mereka inginkan. Sikap percaya
diri ini bukan sikap yang sombong melainkan sikap yang dilandasi oleh kesadaran
mereka terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
2. Berorientasi
pada Tugas dan Hasil
Agar memperoleh keberhasilan dalam
usahanya, seorang wirausaha harus bekerja prestatif. Artinya keberhasilan
seseorang dalam kehidupannya banyak ditentukan oleh usaha yang dilakukan sendiri
dalam mengubah nasib.
3. Berani
Menanggung Resiko
Para wirausahawan siap menanggung resiko
atas segala tindakan yang diambilnya.
4. Kepemimpinan
Seorang wirausaha merupakan pemimpin
bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mereka harus selalu mencari peluang,
mengumpulkan dana, dan merekrut Sumber Daya Manusia serta membimbingnya untuk
mencapai tujuan.
5. Keorisinalan
Sifat orisinal tentu tidak selalu ada
pada diri orang. Orisinal berarti tidak hanya mengekor pada orang lain, tetapi
memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinal, ada kemampuan untuk
melaksanakan sesuatu.
6. Berorientasi
ke Masa Depan
Seorang wirausaha haruslah mempunyai
visi kedepan apa yang hendak ia lakukan, apa yang ingin dicapai, dll.
7. Kreativitas
Kemampuan unruk menghasilkan atau
menciptakan suatu produk baru.
b. Tipikal
karakter yang dimiliki orang sukses karena Bekerja Keras
1. Pantang
Menyerah
Pekerja keras itu memiliki sifat yang
pantang menyerah. Tidak diterima kerja diperusahaan satu, dia bakal melamar ke
ratusan perusahaan lainnya. Dia tidak akan menyerah sampai dia benar-benar
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
2. Selalu
bersungguh-sungguh
Dia tidak akan pernah menyia-nyiakan
kesempatan. Semuanya dia kerjakan dengan sungguh-sungguh demi mendapat hasil
yang maksimal.
3. Memanfaatkan
Waktu
Dia mampu memanfaatkan waktu dengan
sebaik mungkin. Sekali dia memiliki waktu luang, dia akan memanfaatkannya untuk
menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Dia tidak akan membuang-buang waktu
hanya untuk bermalas-malasan.
4. Ulet,
Tekun, Rajin, dan Disiplin
Dengan keempat sifat tersebut orang
pekerja keras itu terlihat berbeda dibanding pekerja lainnya.
5. Tidak
Mengeluh
Orang pekerja keras tidak akan
mengeluhkan pekerjaannya. Dia tetap bersyukur dengan apa yang sudah didapat.
Jika memang merasa kurang, dia lebih memilih mencari pekerjaan tambahan untuk
menutupi kekurangan tersebut.
3. Karakter
yang dimiliki oleh orang-orang tersebut yang ingin saya miliki
Saya
ingin menjadi orang sukses yang berguna bagi nusa dan bangsa. Saya ingin memiliki
karakter seperti karakter yang dimiliki oleh para wirausahawan Indonesia.
Antara lain memiliki tekad yang kuat untuk bekerja secara mandiri, menjadi
seorang yang profesional, berani bertanggung jawab atas segala sesuatu yang ada,
berani mengambil resiko apapun yang terjadi, memiliki jiwa kepemimpinan,
memiliki visi kedepan yang ingin dicapai, kreativitas/inovatif dalam
menciptakan suatu produk baru, percaya diri bahwa saya mampu mencapai hasil
yang saya impikan dengan dilandasi oleh kesadaran terhadap kekurangan dan
kelebihan yang saya miliki.
4. Karakter
wirausaha yang ingin saya miliki :
1. Bertekad
kuat
2. Berani
mengambil resiko
3. Memiliki
kemauan yang keras
4. Tidak
cengeng
5. Ikhlas
dan selalu bersyukur
6. Percaya
diri
REFERENSI
:
Saiyar,
Octa Dandy. 2013. Karakter Seorang Wirausaha. http://entreprenaurship.blogspot.co.id/2011/12/karakteristik-seorang-wirausaha-pada.html?m=1.
Diakses 25 September 2015 (20.56)
Prambudi,
Didik Nazaruddin. 2013. Wirausahawan Sukses Indonesia. http://didiknazaruddinprambudi.blogspot.co.id/2013/04/5-wirausahawan-sukses-indonesia.html. Diakses
24 September 2015 (08.50)
Safira.
2013. Profil Tokoh Pengusaha Sukses. http://safira82.blogspot.co.id/2013/06/10-profil-tokoh-pengusaha-sukses.html. Diakses 24 September 2015 (09.00)
http://www.inginsukses.net/2014/07/office-boy-jadi-president-direktur.html.
Diakses 25 September 2015 (08.08)
http://www.google.co.id/url?q=https://www.facebook.com/notes/muhamad-fajrien-ode/kisah-inspiratif-dari-orang-miskin-menjadi-sukses/554887514621838&sa=U&ved=0CA8QFjACahUKEwiDlI7G9pDIAhWOlogKHSrpDlQ&usg=AFQjCNH4u_dZa2j09hsoVHK_-mbSVVcOJw.
Diakses 25 September 2015 (07.28)
http://ciricara.com/2014/11/17/ciri-ciri-orang-pekerja-keras/.
Diakses 25 September 2015 (21.28)